Tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian   Leave a comment

Studi kasus (Case Study) dibagi kedalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies (studi kasus tunggal).

Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diperlukan, agaknya studi pendahuluan sangat penting dalam studi kasus tipe pertama ini.
Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan disini adalah kemampuan seorang peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan teknik observasi partisipan diharapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.

Ketiga, studi kasus life history. Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu biru kehidupan. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya, tentang kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi kasus life history dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama.

Keempat, studi kasus komunitas social atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dadri lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas dimana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan.

Kelima, studi kasus analisa situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan adanya kerusuhan, penjarahan massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina diberbagai kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman, bahkan tidak sedikit yang keluar negeri.

Keenam, studi kasus mikroetnografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.
Mengenai analisanya, setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut. Khusus mengenai individu, datanya dapat mencakup catatan klinis, data statistik mengenai orang yang bersangkutan, informasi mengenai latar belakangnya, profil riwayat hidupnya, dan catatan hariannya. Akan tetapi semua informasi itu harus disunting, sementara bagian-bagian yang relevan dipadukan baik secara kronologis ataupun secara tematik, sehingga siap dianalisis. Sering pula peneliti langsung menggunakan data mentah yang masih tercecer itu untuk menuliskannya langsung dalam laporan penelitian.

Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh, yang disebut kasus-kasus. Contoh-contoh dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering diwujudkan dalam pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan, dan kreativitas dalam mengidentifikasi dan membahas isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis itu-isu ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan, dan dalam merancang strategi yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus.

Salah satu studi kasus yang lazim adalah mengenai individu yang datanya diperoleh melalui metode sejarah hidup yang dilengkapi dengan data yang diperoleh melalui metode lain. Dua contoh terbaik adalah studi tentang Stanley dalam The Jack Roller dan studi yang dilakukan Lofland mengenai sekte agama di California.
Studi kasus biasanya memiliki tujuan ganda. Disatu pihak, studi kasus berusaha memahami kelompok yang ditelaah: siapa anggota-anggotanya? Apakah corak-corak kegiatan dan interaksi mereka yang stabil dan berulang? Bagaimana mereka berhubungan satu sama lainnya dan bagaimana kelompok itu berhubungan dengan dunia di luar mereka? Pada saat yang sama, studi kasus juga berusaha mengembangkan pernyataan-pernyataan umum mengenai regularitas dalam struktur dan proses sosial.

Oleh karena bertujuan memahami semua perilaku kelompok, studi kasus tidak dapat dirancang untuk semata-mata menguji proposisi-proposisi umum. Kontras dengan eksperimen laboratorium, yang dirancang untuk menguji satu atau beberapa proposisi yang berkaitan secermat dan setepat mungkin, studi kasus harus disiapkan untuk menangani berbagai problem deskriptif dan teoritis. Berbagai fenomena yang diungkapkan oleh pengamatan peneliti harus dituangkan ke dalam paparan kelompok dan secara teoritis dikaitkan.

Dengan kata-kata Ragin:
Metode berorientasi kasus….bersifat holistic…metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian (atau kumpulan skor mengenai variabel). Jadi, hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami, pertama, dalam konteks keseluruhan, bukan dalam konteks pola-pola umum kovariasi antara variabel-variabel yang menandai anggota-anggota suatu populasi unit-unit yang sebanding. Kedua, hubungan sebab-akibat dipahami sebagai perkiraan. Akibat dianalisis berdasarkan persimpangan berbagai kondisi, dan biasanya diasumsikan bahwa hubungan mana pun mungkin menimbulkan suatu akibat. Sifat ini dan sifat lain metode berorientasi kasus memungkinkan peneliti menafsirkan kasus-kasus secara historis dan merumuskan pernyataan mengenai asal mula perubahan kualitatif yang penting dalam situasi-situasi yang spesifik.

Sebagai metode yang bersifat multidimensional dan menelaah suatu kasus secara menyeluruh, hasil dari studi kasus dapat menyarankan pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang dapat diuji melalui survey atau eksperimen.

Metode studi kasus ini sudah banyak diterapkan dalam sosiologi, psikologi, dan ilmu pendidikan. Dalam ilmu komunikasi metode ini masih terasa kurang diperhatikan. Padahal betapa banyak masalah penelitian yang menantang untuk diteliti. Anda dapat meneliti mengapa suatu majalah berbahasa daerah (katakanlah majalah X) di suatu propinsi di Indonesia mengalami kemunduran. Anda dapat menjawab pertanyaan itu dengan mengamati kondisi-kondisi yang terdapat dalam perusahaan majalah itu. Anda wawancarai seluruh pengelolanya, mulai dari pimpinan tertinggi hingga pegawai terendah, termasuk para editor dan wartawan. Dalam penelitian itu, anda boleh jadi berpartisipsi dalam rapat-rapat redaksi, mengikuti wartawan ketika mewawancarai narasumber, nimbrung ketika para pegawai makan siang di kafetaria saat istirahat. Selama itu anda juga mencatat apa yang anda lihat dan anda dengar, juga reaksi anda atas pengamatan anda. Anda juga meneliti surat (elektronik), selebaran, buletin, papan pengumuman sebagai alat komunikasi seluruh staf pengelola, dan menganalisis isinya. Anda juga menelaah komentar nara sumber atau pakar dan artikel yang ditulis mengenai eksistensi dan perkembangan majalah berbahasa daerah tersebut, dan anda pun melengkapi penelitian anda dengan menelaah perkembangan tiras majalah tersebut dari periode ke periode berikutnya, juga tak lupa melakukan survey terhadap para pembaca, atau setidaknya melakukan wawancara dengan sejumlah pembaca mengenai majalah tersebut. Pokoknya melalui kombinasi metode tersebut, anda akhirnya punya gambaran yang komprehensip dan mendalam mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan kemunduran majalah yang anda teliti.

Dalam studi kasus, metode terpenting tetap saja bersifat kualitatif, misalnya pengamatan dan wawancara yang anda lakukan. Meskipun anda juga menggunakan data statistik, data tersebut anda gunakan tidak lebih sebagai pelengkap, jadi data tersebut lebih bersifat deskriptif alih-alih data inferensial yang lazim kita gunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian objektif-kuantitatif.

Sejauh ini pengertian studi kasus menyangkut telaah atas seseorang, kelompok atau suatu lembaga secara cermat dan intensif. Tetapi kata “kasus” di sini dapat juga berarti jamak, dalam pengertian studi yang dilakukan menggunakan atau dilengkapi dengan kasus-kasus. Jelasnya, dalam suatu laporan penelitian boleh jadi terdapat beberapa studi kasus untuk diperbandingkan atau dikontraskan. Dalam hal ini setiap studi kasus bersifat mandiri, memungkinkan pembaca untuk memahami kasus tersebut sebagai suatu entitas yang unik dan holistik. Tetapi pada tahap analisis selanjutnya, peneliti dapat membandingkan kasus-kasus tersebut.

Sebagai contoh, kita dapat membandingkan kasus-kasus mengenai tipe identitas, pola perubahannya, kecenderungan sikap terhadap suatu masalah, reaksi atas suatu pengalaman, pola penyesuaian-diri terhadap budaya yang baru, pola argumen elite pemerintah dalam menanggapi kritik, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menonjolkan atau memberikan ilustrasi mengenai pola atau kecenderungan yang dimaksud. Sebagai ilustrasi adalah penelitian disertasi yang dilakukan oleh Deddy Mulyana tentang perubahan identitas etnik orang Indonesia di Melbourne, ia menemukan beberapa pola perubahan identitas etnik tersebut. Untuk menggambarkan lebih jauh setiap pola perubahan identitas etnik itu, Deddy Mulyana menggunakan kasus-kasus. Dalam pengertian ini, kasus-kasus yang dimaksud di sini sebenarnya juga dapat digunakan sebagai pelengkap untuk penelitian kuantitatif, meskipun kasus-kasus tersebut digunakan sekadar pelengkap, untuk memberikan gambaran lebih detail dan mendalam mengenai kecenderungan-kecenderungan yang terjaring oleh penelitian objektif tersebut. Ini misalnya dilakukan oleh Keefe dan Padilla yang menelaah etnisitas orang Amerika keturunan Meksiko (Chicano ethnicity). Mereka menggolongkan Chicano berdasarkan seberapa jauh mereka mengidentifikasikan diri dengan budaya Amerika, menjadi: La Raza, Canging Ethnics, Cultural Blends, Emerging Americans, dan New Americans.

Kasus-kasus pelengkap ini biasanya dihasilkan berdasarkan wawancara mendalam, dan mungkin dilengkapi pengamatan berperan-serta. Sebagai contoh hipotesis, berdasarkan penelitian kuantitatif mengenai adaptasi orang Batak di Tanah Sunda boleh jadi ditemukan bahwa ada korelasi antara latar belakang demografis responden dengan tingkat adaptasi mereka terhadap lingkungan baru. Di antara beberapa tipe adaptasi itu, peneliti mungkin menemukan dua tipe responden yang disebutkan terdahulu, yakni tipe yang menarik-diri dan tipe yang “menyunda”. Berdasarkan temuan itu, anda dapat memilih satu atau dua kasus dari setiap kategori responden tersebut untuk dijadikan contoh spesifik. Tetapi responden sebagai kasus tersebut seyogianya anda pilih secara acak. Lalu, berdasarkan wawancara mendalam, anda paparkan lebih detail bagaimana sistem nilai, sikap, dan perilaku budaya responden tersebut dalam beradaptasi dengan lingkungan budayanya yang baru.

Posted 24 Juni 2010 by Yayan Z. in Ilmu Penelitian

Tinggalkan komentar